Agaknya sekarang saya sedikit memahami, kenapa persepakbolaan di tanah air mempunyai prestasi yang sangat memprihatinkan. Tulisan ini bukan merupakan kritik atau kecaman, tetapi merupakan hasil kontemplasi yang mungkin bias dipikirkan kemudian. Tidak ada sedikit pun keinginan di hati kami untuk menyinggung pihak-pihak yang berkepentingan di dunia persepakbolaan.
Seperti kita tahu, sepakbola adalah olahraga yang sangat merakyat di Indonesia, sehingga hampir sebagian besar orang Indonesia gemar akan olahraga ini (yang sebagian kecil, termasuk saya, tidak). Karena sangat merakyat, maka banyak sekali yang ingin bermain sepakbola.
Namun ini adalah suatu kontradiksi, olahraga paling populer di tanah air ternyata prestasinya sangat memble. Jangankan bertanding di kelas dunia, di kelas regional pun masih keteter dibanding negara tetangga. Sangat jauh memperhatikan permainan sepakbola nasional, dibandingkan misalnya dengan Liga Inggris yang begitu cantik, menarik serta penuh teknik sepakbola dan strategi yang canggih.
Mengapa terjadi kontradiksi seperti itu? Bukankah seyogyanya karena sepakbola populer di Indonesia, maka banyak yang ingin bermain sehingga bias dijaring pemain-pemain berbakat? Tetapi nyatanya tidak begitu, persepakbolaan Indonesia masih kalah jauh dibanding negara-negara lain.
Menurut saya, salah satu faktor yang sangat menentukan prestasi olahraga adalah konsep latihan (training) itu sendiri. Di dunia sepakbola nasional (apalagi lokal), yang disebut dengan latihan sepakbola lebih sering hanya "bermain sepakbola". Latihan sepakbola hanya dianggap sekedar berkumpul, tendang2 bola sebentar lalu langsung "bermain sepakbola" sebelas lawan sebelas di lapangan.
Bisa dibayangkan, dalam satu kali "bermain sepakbola", berapa kali rata-rata seorang pemain menendang bola? Mungkin hanya 10-20 kali saja, dan semakin "berbakat" seseorang, dia akan semakin menonjol, tetapi bagi yang "kurang berbakat" akan semakin tertinggal. Karena dilatih untuk "bermain sepakbola", maka teknik sepakbola pun tidak berkembang.
Apakah pola latihan seperti itu yang terjadi di "football clinic" Negara maju? Di Indonesia, jarang sekali pemain-pemain sepakbola dilatih teknik bermain sepakbola yang baik dan benar, seperti latihan menendang bola, latihan mengoper bola, latihan menggiring bola, latihan "one-touch football", latihan footwork dll. Padahal di negara-negara lain, latihan-latihan dasar seperti itu merupakan menu utama dalam suatu latihan sepakbola. Paling tidak, dengan latihan dasar, para pemain bisa latihan menendang bola 100 kali, menggiring bola 50 kali dan mengoper bola 50 kali, bahkan mungkin lebih. Latihan seperti ini akan sangat meningkatkan kualitas teknik pemain sepakbola.
Bahkan di "football clinic", terutama buat anak-anak, mereka ditekankan untuk latihan dasar teknik sepakbola, seperti: menendang, mengoper, menggiring serta penguasaan bola. Belum ada "bermain sepakbola" beneran, paling kalau ada pun mereka bertanding 3 lawan 3 atau 5 lawan 5, sehingga mereka bisa lebih intensif berlatih penguasaan bola, pengoperan serta footwork skill-nya.
Yang lebih memprihatinkan lagi adalah bahkan latihan fisik hampir ditinggalkan sepenuhnya, sehingga fisik pemain sepakbola Indonesia rata-rata tertentu yang mempunyai talent dan fisik yang sangat baik.
0 komentar:
Posting Komentar