Kamis, 30 September 2010

10 Stadion terbaik di Asia




1. Azadi (Tehran, Iran)








 2.Gelora Bung Karno (Jakarta, Indonesia) 








3.The Bird’s Nest (Beijing, China)







 


4. Jeju World Cup Stadium (Jeju, South Korea






 


5. Jaber Al-Ahmad International Stadium (Kuwait)








 

6. Saitama Stadium (Saitama, Japan)






 

7. Salt Lake Stadium, (Kolkata, India)




 


8. Seoul World Cup Stadium (Seoul, South Korea)








 
9. King Fahd Stadium (Riyadh, Saudi Arabia)






 



10. Todoroki Stadium (Kawasaki, Japan)
Baca Selanjutnya - 10 Stadion terbaik di Asia

10 Suporter Fanatic Se-Dunia


Banyak yang bilang kalau supporter adalah pemain ke 12 dalam suatu tim Sepak bola. Hal ini memang bukan tanpa alasan, karna supporter adalah elemen yang selalu memberikan suntikan semangat dan motivasi bagi para pemain yang sedang berlaga. Oleh karna itu maka tak heran jika kemenangan suatu tim biasanya lebih banyak diraih di kandang sendiri.

Para supporter sepak bola itu sangat total dalam mendukung tim kesayangan mereka, bahkan tak jarang ada yang sampai mau berkorban nyawa hanya untuk mendukung tim kesayanganya. hampir semua supporter di seluruh dunia ini pasti mempunyai rasa loyal dan fanatik, tapi tahukah kamu supporter dari negara manakah yang mendapat predikat sebagai supporter sepak bola paling fanatik,?

berikut adalah daftar 10 supporter sepak bola paling fanatik di Dunia (urutan dari yang terbawah) :

10.Jerman
Salah satu negara dengan sepak bola yang maju ini mempunyai banyak supporter yang sangat fanatik. Banyak supporter yang rela untuk berpetualang berkeliling negara jerman hanya untuk mengikuti tour musiman tim idola mereka. tingkat loyalitas mereka sangat tinggi, bahkan presentase rata-rata kepadatan stadion bisa mencapai 85%. basis supporter fanatik Jerman adalah Bayern Munich dan Hertha Berlin

9.Jepang
Semenjak sukses menyelenggarakan piala dunia 2002, animo masyarakat pada pertandingan sepakbola di jepang meningkat tajam. hal ini dibuktikan dengan adanya kenaikan rata-rata kepadatan stadion dari 80% menjadi 86,6%. Supporter jepang yang paling dikenal fanatik adalah supporter tim Gamba Osaka, mereka terkenal sebagai supporter yang berani mati demi untuk mendukung super Gamba.

8.Spanyol
Sebagai satu dari tiga negara utama sepak bola eropa, spanyol mempunyai tim-tim yang tangguh dan berkualitas, rivalitas yang tinggi antar tim juga berimbas pada makin meningkatnya tingkat loyalitas antar supporter tim. rata-rata kepadatan stadion di spanyol mencapai 87%. basis supporter fanatik di spanyol adalah valencia, Barcelona, Real Madrid, dan atletico Madrid

7.Belanda
Gaya sepak boal Total Football yang diterapkan di Belanda ternyata juga diimbangi dengan dukungan dukungan supporter sepakbola belanda yang sangat Total. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata kepadatan stadion yang mencapai 89%. dan Basis supporter fanatiknya adalah Ajax Amsterdam

6.Mexico
Salah satu kekuatan sepakbola benua amerika ini memang dikenal mempunyai banyak supporter fanatik. dan salah satu yang unk dari mereka adalah mereka selalu menampakkan identitas ke-Mexico-annya dalam mendukung tim kesayangan mereka. rata-rata kepadatan stadion mencapai 90%. Basis supporter fanatiknya adalah Chivas Guadalajara

5.Italia
Di Italia, fanatisme supporter memang sangat tinggi. supporter italia dikenal sebagai supporter yang keras, bahkan hampir tiap klub mempunyai supporter garis keras (ULTRAS), yang biasanya selalu total dalam mendukung tim. rata-rata kepadatan stadionpun mencapai 93%. basis supporter fanatiknya adalah Roma, Juventus, serta Milan dan Inter Milan

4. Brazil
Negara yang dikenal sebagai pemasok pemain sepakbola terbesar di Dunia ini adalah salah satu negara yang mempunyai supporter sepakbola yang fanatik. sudah tak terhitung berapa nyawa yang melayang karna tawuran antar supporter di liga Brazil. supporter Brazil dikenal sangat loyal pada tim. rata-rata kepadatan Stadion bahkan bisa mencapai 93%. Basis supporter fanatiknya adalah Sao Paolo FC

3.Indonesia
Boleh dibilang, inilah salah satu negara yang paling banyak menelan korban tawuran antar supporter di liga sepakbola. Rasa fanatisme yang berlebihan ini kadang justru berdampak negatif. Bahkan franz Beckenbauer pun sampai kaget setelah melihat video tawuran supporter Indonesia. Ia mengatakan bahwa Indonesia adalah salah satu negara yang mempunyai supporter terloyal. Dan hal itu dibuktikan dengan tingginya angka rata-rata kepadatan stadion di indonesia yang bisa mencapai 96 %. Basis supporter fanatik Indonesia adalah Persebaya, Persib, PSIS, Persipura, dan PSIM

2.Argentina
Loyalitas supporter Argentina dalam mendkung tim idola mereka memang tak perlu diragukan lagi. para supporter sudah menganggap kemenangan tim sebagai harga mati. maka tak heran jika mereka selalu total dalam mendukung tim mereka untuk memperoleh kemenangan. sama seperti Indonesia, di Argentina juga banyak terjadi perkelahian antar supporter yang menyebebkan korban jiwa. Tingkat rata-rata kepadatan stadion bise mencapai 97%. Basis suporter fanatiknya adalah River Plate dan Boca Junior

1.Inggris
Tak dapat dipungkiri lagi, Inggris lah negara dengan suporter paling fanatik di Dunia. para Supporter tak henti-hentinya menyanyikan lagu kebangsaan tim mereka sepanjang 90 menit untuk mendukung tim mereka. Bahkan di tingkat negara, Hooligan Inggris juga dikenal sebagai supporter paling fanatik. rata-rata kepadatan stadion bisa mencapai 99%. Dan basis supporter fanatik di Inggris adalah Liverpool dan Manchester United


Baca Selanjutnya - 10 Suporter Fanatic Se-Dunia

Poling Supporter Terbaik di Indonesia


Supporter – Salam Damai Supporter Indonesia, gelaran liga super indonesia di selenggarakan, gemuruh dan pesonanya semakin membuat kita terpana untuk terus mengikuti perkembangannya tiap hari, dan setiap pekan, ISL musim kedua kali ini telah memasuki fase kedua, 18 team terus berjuang untuk menjadi yang terbaik, team-team yang menempati papan atas terus berjuang agar tidak sampai merosot. Di papan bawah terus berjuang untuk mendongkrak posisinya agar tidak sampai terjerumus ke lembah degradasi, para pemain asing semakin tertarik bermain di ISL karena pesona supporter yang begitu fanatik dan antusias dalam setiap laga, gemuruh suara mereka menjadikan tiap orang terpaku terlepas dari tindakan-tindakan yang kurang sportif dari para supporter.
Liga Indonesia telah memberikan tiga kali penghargaan kepada tiga kelompok supporter karena prestasi dan sportifitas mereka, adalah :
1.Aremania (Arema Indonesia)
2.The Jakmania (Persija Jakarta)
3.LA Mania (Persela Lamongan)
Di akui atau tidak mereka pernah meraihnya, kali ini kami mengajak anda untuk memberikan suara, siapakan menurut anda yang pantas mendapat gelar penghargan Supporter terbaik, karena secara tidak langsung gelar tersebut akan melecut mereka(supporter) menjadi lebih baik dan berusaha menghilangkan citra buruk yang pernah melekat. Salam Damai Supporter Indonesia.
Siapakah Yang Pantas mendapat gelar Supporter Terbaik?
  • Bobotoh&Viking - Persib Bandung (31%, 6,137 Votes)
  • Aremania - Arema Indonesia (30%, 5,801 Votes)
  • Jakmania - Persija Jakarta (16%, 3,129 Votes)
  • Bonekmania - Persebaya Surabaya (8%, 1,539 Votes)
  • Persikmania - Persik Kediri (3%, 509 Votes)
  • Asykar Theking - PSPS Pekanbaru (2%, 471 Votes)
  • Macs Man - PSM Makassar (2%, 420 Votes)
  • Balistik - Persiba Balikpapan (2%, 393 Votes)
  • Singamania - Sriwijaya Palembang (1%, 277 Votes)
  • Pusamania - Persisam Samarinda (1%, 251 Votes)
  • LA Mania - Persela Lamongan (1%, 195 Votes)
  • Bontangmania - Bontang (1%, 159 Votes)
  • NJ Mania (Persitara Jakarta Utara) (0%, 96 Votes)
  • Papuamania - Jayapura (0%, 72 Votes)
  • Banaspati - Persijap Jepara (0%, 36 Votes)
  • Ngalamania - Persema Malang (0%, 12 Votes)
  • Garda Purwa - Pelita Jaya Purwakarta (2%, 5 Votes)

    Jangan Marah ya, Kalau Suporter Pulihan Anda Kalah... PEACE MAN
Baca Selanjutnya - Poling Supporter Terbaik di Indonesia

Senin, 27 September 2010

SEJARAH BERDIRINYA SMS(SRIWIJAYA MANIA SUMSEL)

image084
Pada tahun 2004 pemprov Sumatera selatan melakukan take over pembelian Klub sepak bola jawa timur Persijataim Solo yang saat ini berubah nama menjadi Sriwijaya fc. Untuk mendukung tim kebanggan kota Palembang sriwijaya fc yang berlaga didivisi utama, maka dibentuklah suatu komunitas pencinta sepak bola Palembang yang bernama fans sriwijaya mania yang didirikan oleh beberapa orang saja.
Setelah musim kompetisi liga Indonesia tahun 2004 berakhir, kelompok suporter sriwijaya fc yang dulu nya bernama fans sriwijaya berubah nama menjadi sriwijaya mania yang dipimpim oleh saudara Masyahiril S.pd. Setelah menjabat sebagai ketua umum sriwijaya mania yang pertama priode 2005/ 2006 banyak masyarakat yang bergabung menjadi kelompok suporter sriwijaya mania. Pada tahun 2005 jumlah anggota sriwijaya mania semakin bertambah banyak hinga ke daerah-daerah yang berada di Sumatera Selatan. Pada tahun 2005 kompetisi baru berjalan setengah kompetisi, kelompok suporter sriwijaya fc , sriwijaya mania yang dipimpim Masyahiril terpecah menjadi dua, dan memisahkan diri dari sriwijaya mania dan muncul lah kelompok suporter baru di Palembang yang di dirikan oleh 8 orang yang menamakan kelompok suporter mereka singa mania..

Perpecahan yang terjadi ditubuh sriwijaya mania ini disebabkan oleh kurang nya tranparansi sistem kemajemenan yang dipimping oleh masyahiril. Beberapa anggota lama sriwijaya mania yang merasa kurang puas atas kinerja masyahiril selama ini melakukan pemberontak dan membuat kelompok suporter baru yang mereka namai singa mania yang di perkasai oleh 8 orang. Setelah masa kerja ketua umum sriwijaya mania masyahiril usai diadakanlah pemilihan ketua umum baru sriwijaya mania untuk priode 2006/2007, dalam rapat pemilihan ketua umum yang di selengarakan dan di hadiri oleh perwakilan masing-masing korwil terpilihlah Marthin Avetama S.E. A.K sebagai ketua umum sriwijaya mania priode 2006/2007. Selama kepemimpinan Marthin Avetama kelompok suporter ini menjadi lebih dekat dengan masyarakat dan banyak pencinta bola yang bergabung menjadi anggota sriwijaya mania. Tidak lama masa kepemimpinan ketum sriwijaya mania Marthin Avetama, ada berberapa orang anggota sriwjaya mania yang membelot dan tidak setuju atas kinerja Mathin Avetama selama ini.
Pada tahun 2006 diadakan lah rapat mendesak yang menuntuk diadakan nya pergantian ketua baru. Dalam rapat yang diadakan terjadi perpecahan suara antara kedua belah pihak, ada beberapa korwil yang tidak setuju atas kinerja ketua lama selama ini menuntut ada nya pemilihan ketua baru dan ada pula yang menentang atas tindakan sepihak atas pemilihan ini. Dalam Rapat ini terpilihlah keputusan sepihak yang terpilihnya ketua umum baru Sriwijaya Mania. Pada saat terjadi rapat pemilihan ketua yang baru ketua umum sriwijaya mania sedang berada di jakarta. Korwil-korwil yang merasa tidak setuju atas terpilihnya ketua baru yang bernama Rendra ini, memutuskan untuk terus mendukung Marthin Avetama dan membentuk suporter sendiri yang lebih independent dan mandiri. pada tahun 2007 setelah pemisahan diri Marthin Avetama dan para pendukung nya membentuk kelompok suporter baru yang bernama SRIWJAYA MANIA SUMSEL.
Saat ini sriwjaya mania sumsel telah memiliki ribuan masa suporter yang ter organisir oleh beberapa korwil yang berada di kota palembang. Tecatat ada 23 korwil Dan 5 Korda di Jawa (Banjarnegara,Jogja,Tanggerang,Bogor,Jakarta)yang tergabung dalam wadah pencinta bola sumatera sumsel
Baca Selanjutnya - SEJARAH BERDIRINYA SMS(SRIWIJAYA MANIA SUMSEL)

Sejarah Terbentuk Bonek (Bondho Nekat)

Bonek dikenal sejak 1990-an. Bonek atau bondo nekat untuk menjuluki para suporter sepak bola yang tidak memiliki bekal atua modal (bondho). Namun mereka tak surut (nekat) untuk membela tim kesayangannya.
Perilaku bonek sebenarnya warisan turun-temurun yang berlangsung cukup lama. Perilaku ini bermigrasi dari masyarakat yang hidup di pinggiran sungai Brantas yang membentang dari Kediri sampai Surabaya.
Bentangan wilayah inilah yang kemudian dikenal sebagai ekologi budaya Arek. Cakupan wilayahnya membentang dari pesisir utara di Surabaya hingga ke daerah pedalaman selatan, daerah Malang. Wilayah ini tergolong paling pesat perkembangan ekonominya, 49 persen aktivitas ekonomi Jatim ada di sini. Tak heran bila arus migrasi dari wilayah lain banyak masuk ke kawasan ini.
Bentangan ini kemudian oleh budayawan Ayu Sutarto disebut salah satu sub kultur yang ada di Jawa Timur, yaitu subkultur Arek. Arek sebagai salah satu kekayaan kultur Jawa Timur memiliki karakteristik yang keras khas pesisiran.
Karakter keras tersebut pun lebih pada sikap pantang menyerah, ngeyel, dan keteguhan mempertahankan pendapat serta prinsip sebagai wujud penghargaan tertinggi mereka terhadap harga diri.
Karena banyak bersentuhan dengan pendatang dari latar budaya, mereka membentuk budaya yang khas, budaya komunitas Arek. Mereka mempunyai semangat juang tinggi, solidaritas kuat, dan terbuka terhadap perubahan.
Karakter semacam ini dijelaskan oleh Autar Abdillah sebagai perpaduan hegemoni Mataram dan kerasnya alam yang membentuk budaya Arek. Autar memaparkan itu dalam tesisnya berjudul Hegemoni Mataram Terhadap Budaya Arek. Menurut Autar, tantangan alam yang keras selama lebih dari lima abad membuat mental dan karakter generasi Arek praktis menjadi begitu teruji.
Budaya Arek, menurut dosen Sendratasik Universitas Negeri Surabaya (Unesa) ini, mengalami proses pembentukan yang panjang. Proses pembentukan itu bisa ditelusuri lewat buku Von Faber berjudul Er Werd Een Stad Geboren (1953). Di dalamnya terdapat pembabakan proses terbentuknya budaya Arek yang didasarkan pada peta yang dibuat pemerintah koloni sejak abad ke-9.
Setidaknya ada tiga peta yang telah dibuat, yakni abad ke-9, abad ke-10 dan abad ke-13. Ketiga peta ini merupakan sumber penting untuk memetakan perkembangan kondisi Surabaya, berikut karakter masyarakatnya.
Lebih jauh Autar menceritakan, sebelum seperti sekarang, kondisi Surabaya yang dulu, tepatnya di abad ke-4, masih berupa gugusan pulau kecil. Beberapa pulau yang kini menjadi kampung seperti Wonokromo, Ngasem, Rungkut, Bungkul, dan Bagong merupakan bukti bahwa sebenarnya kehidupan masyarakat Surabaya pada masa itu tidak bisa seperti sekarang yang dengan mudah bepergian dari satu kawasan ke kawasan lain.
Dominasi peraturan serta konvensi Majapahit dengan doktrin Hindu-Jawanya yang pada masa itu memang mengakar begitu kuat membuat munculnya banyak sekali pelanggaran-pelanggaran. Itulah latar belakang akhirnya dibangun sebuah penjara yang berada di kawasan Domas, sebuah pulau yang terletak di sebelah utara Bungkul dan Dadungan, meskipun kini baik kawasan Domas maupun Dadungan sudah lenyap, entah benar-benar lenyap atau berganti nama. Sedangkan kawasan Bungkul tetap ada hingga kini, hanya saja semakin bertambah luas wilayahnya.
Penjara Domas tersebut terbagai menjadi 8 tingkatan, mulai tingkatan awal yang merupakan tempat bagi narapidana yang sama sekali belum bisa dididik hingga menjadi masyarakat yang taat. Sampai pada tingkat terakhir yang merupakan tempat penggodokan atau pengayaan bagi narapidana yang sudah mulai bisa dikembalikan ke jalan yang sesuai dengan aturan yang ada.
Penjara Domas tersebut ditengarai merupakan penjara pertama yang menggunakan sistem hukuman kurung. Saking kerasnya, di penjara bagian awal, kecil kemungkinan bagi narapidana untuk bisa bertahan hidup.
Betapa tidak, dalam penjara yang terletak di pulau kecil sebelah utara Domas, di mana pulau tersebut akan tenggelam jika air laut sedang pasang. ”Jadi tidak mungkin narapidana yang dipenjara di sana bisa selamat,” kisah Autar.
Meski demikian, masih ada juga narapidana yang bisa selamat dari kepungan air laut yang pasang. Narapidana yang bisa selamat itu kemudian terus naik hingga ke tingkat paling akhir, untuk kemudian dilepas kembali ke masyarakat.
Narapidana yang berhasil lolos dari penjara bagian awal tersebut bisa dikatakan merupakan narapidana-narapidana yang memiliki semacam kesaktian, yang kebanyakan setelah menempuh kedelapan bagian penjara Domas. Mereka kemudian menempati wilayah Bungkul. Inilah yang kemudian membuat Bungkul menjadi tempat berkumpulnya orang-orang yang memiliki kesaktian.
Kerasnya kehidupan di Domas memang ditengarai yang memicu karakter keras dan pantang menyerah dari masyarakat Surabaya yang memang kemudian diturunkan dari generasi ke generasi.
Belum lagi ditambah tantangan alam yang sepertinya tidak pernah bersahabat dengan masyarakat waktu itu. Dalam kurun waktu lebih dari 431 tahun, mereka harus mengalami dampak dari 22 kali letusan Gunung Kelud. Lahar dingin yang terus membanjiri sungai, ditambah hujan abu yang begitu sering terjadi, membuat hidup mereka semakin susah.
Kesusahan hidup inilah yang secara lebih dari empat abad menempa dan membentuk mereka menjadi manusia yang kuat, tidak pantang menyerah, dan loyal pada tempat tinggalnya. Hingga akhirnya endapan lahar dingin Gunung Kelud semakin mempersatukan pulau-pulau yang terpisah itu menjadi satu daratan, dengan tambahan beberapa reklamasi yang dilakukan sendiri oleh warga.
”Meski susah, mereka tetap bertahan di tempat tinggal mereka,” ungkap Autar.
Hingga akhirnya masuklah invasi Mataram di tahun 1622-1625. Invasi ini setidaknya membawa pengaruh pada masyarakat, baik secara struktural, maupun secara kultural. Perubahan yang paling menonjol adalah perubahan dalam aspek kultural, dalam hal ini adalah bahasa dan tata hubungan masyarakat.
Kawasan sekitar sungai Brantas yang semula berkarakter egaliter, tanpa kelas, apa adanya, yang bisa dilihat dari bahasa yang mereka pakai  yang juga merupakan bahasa Jawa ngoko, bahasa yang tidak membedakan kelas, berubah total setelah masuknya Mataram.
Invasi Mataram kemudian mengubah kebiasaan mereka. Bahasa yang mereka pakai pun perlahan terpengaruh oleh bahasa khas Mataraman, yang lebih halus dan memiliki strata bahasa yang sangat terstruktur.
Hal ini disebabkan hegemoni yang dilakukan Mataram dengan menempatkan ‘raja-raja kecil’ untuk menguasai wilayah-wilayah yang ada di sekitar sungai Brantas.
Ini dibenarkan oleh Akhudiat. Budayawan asal Surabaya ini mengisahkan bahwa setelah Majapahit ditaklukkan Mataram di masa pemerintahan Pangeran Pekik, praktis Mataram pun kemudian menguasai Surabaya dan daerah lain di sekitar sungai Brantas. Hingga akhirnya Surabaya pun saat itu dikuasai Unggul Sawelas, sebelas pemimpin Mataram.
Berbeda dengan wilayah yang berada di sisi barat sungai Brantas, wilayah di sisi sebelah timur sungai Brantas memang cenderung lebih susah ditaklukkan. Kebanyakan masyarakat di wilayah ini merupakan orang-orang buangan yang memiliki kekuatan baik fisik maupun metafisik.
Dengan modal inilah kemudian karakter Arek yang sudah tertanam dalam diri mereka dapat ’sedikit’ dipertahankan. Hingga akhirnya sampai kini masih bisa setia dilestarikan oleh masyarakat di daerah pesisir sungai Brantas, mulai Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Jombang, Mojokerto, Pasuruan, Malang, Kediri, dan Blitar.
”Maka muncullah budaya Arek yang meliputi wilayah dari Surabaya hingga Kediri dan Blitar,” ungkap Autar.
Memang, khusus Kediri dan Blitar, tergolong kasus yang unik. Betapa tidak, dua kota ini pada dasarnya memiliki dua kultur yang bertolak belakang. Meski bahasa dan dialek yang mereka gunakan menganut bahasa khas Mataraman yang halus dan berstrata, namun karakter asli beberapa dari mereka, seperti masyarakat yang berada di lereng Gunung Kelud dan pesisir sungai Brantas, tidak dapat dipungkiri, benar-benar khas Arek. Pantang menyerah, ngeyel, dan begitu teguh memegang prinsip serta pendapatnya.
”Khas Majapahitan, yang selalu merasa lebih unggul dari kaum mana pun,” tegas Akhudiat.
Jadi, falsafah bonek, yakni bondo nekat sebenarnya merupakan sebuah wajah asli dari masyarakat pesisir sungai Brantas, khususnya Surabaya.
Hingga tidak bisa dipungkiri, semangat pantang menyerah dan keteguhan memegang prinsip dan harga diri mereka merupakan faktor utama pecahnya perang 10 November 1945 yang ditengarai merupakan tonggak awal munculnya istilah Arek.
Oleh karena itulah, perang revolusi 10 November 1945 bukanlah tonggak awal, melainkan lebih merupakan titik kulminasi dari munculnya karakter dan budaya Arek tersebut. ”Gara-gara kekerasan kepala masyarakat Surabaya yang tidak mau mematuhi ultimatum Mansergh, pecahlah perang besar 10 November 1945,” pungkas Autar.
Baca Selanjutnya - Sejarah Terbentuk Bonek (Bondho Nekat)

Sejarah Terbentuk The Jak Mania

Jakmania atau nama lengkapnya The Jakmania merupakan kelompok suporter dari kesebelasan sepakbola Persija Jakarta. Jakmania sudah berdiri sejak Ligina IV tepatnya pada tanggal 19 Desember 1997.  Ide berdirinya The Jakmania, pertama kali dicetus oleh manajer Persija waktu itu adalah Diza Rasyid Ali. Ide ini mendapat dukungan penuh dari Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso, Sutiyoso sendri menjabat sebagai pembina Persija Jakarta. Ia sangat menyukai sepak bola, kecintaannya pada sepakbola inilah, membuat ia ingin membangkitkan dan menghidupkan kembali sepakbola di Jakarta baik tim maupun pendukung atau supporter.
The Jakmania mempunyai markas atau sekretariat di Stadion Lebak Bulus. Di sinilah biasa digunakan para The Jakmania untuk melakukan kegiatan kumpul bersama guna membahas perkembangan The Jakmania serta laporan – laporan dari setiap bidang kepengurusan The Jakmania, tak lupa di markas inilah mereka melakukan pendaftaran atau registrasi anggota baru The Jakmania.
The Jakmania beruntung mempunyai Edi Supatmo yang pada waktu itu menjabat sebagai humas Persija Jakarta. Ia berhasil menciptakan lambang bagi The Jakmania yaitu sebuah tangan dengan jari berbentuk huruf J. Lambang tersebut masih dipertahankan dan selalu diperagakan hingga sekarang karena merupakan symbol jati diri Jakmania.
Anggota
Pada awal terbentuknya organisasi The Jakmania, anggotanya hanya berjumlah 100 orang, dengan pengurusnya sebanyak 40 orang. Berkat keahliannya dalam mengurus organisasi, para pengurus The Jakmania menemukan ide cemerlang untuk menambah anggota The Jakmania. Momentum itu tidak lain adalah saat Tim Merah Putih Indonesia berlaga jelang Piala Asia. Mereka membagikan formulir kepada penonton di luar Stadion Gelora Bung Karno. Berkat kegiatan ini, banyak orang mendaftar sebagai anggota The Jakmania dan sampai pendaftaran terakhir saat ini terdapat 30.000 anggota lebih yang menjadi The Jakmania. Makin banyaknya anggota membuat pengurus perlu membentuk kordinator wilayah, dan melihat data anggotanya yang ada saat ini maka terbentuklah 50 konwil ( kordinator wilayah).
Kepengurusan
Adalah Gugun Gondrong yang merupakan salah satu sosok yang paling ideal untuk memimpin The Jakmania. Dipilihnya Gugun Gondrong karena ia figur yang dikenal masyarakat banyak, walaupun Gugun Gondrong dari kalangan artis tetapi ia ingin disamakan dengan yang lainnya, tidak ada perbedaan diantara anggotanya, semuanya sama tidak ingin perlakukan khusus atau berlebihan diberikan kepadanya.
Seiring berjalannya waktu, kepengurusan Gugun Gondrong pun berakhir. Dan ia digantikan oleh Ir. T. Ferry Indrasjarief atau biasa disapa dengan Bung Ferry. Bung Ferry menjabat untuk periode 1999 – 2001. Keberhasilannya dalam mengolah organisasi ini menjadi lebih baik membuat ia terpilih dan dipercaya kembali untuk memimpin The Jakmania, untuk periode 2001 – 2003, 2003 – 2005. Keberhasilannya memimpin The Jakmania selama 3 periode ini menuai banyak kesuksesan. Maklum saja, Ir. T. Ferry Indrasjarief atau Bung Ferry ini memang dibesarkan dalam kegiatan organisasi dan Bung Ferry ini pernah menjadi anggota supporter Commandos Pelita Jaya, The Jakmania
Setelah kepemimpinan Bung Ferry, The Jakmania mengadakan Pemilihan Umum Raya 2005, untuk memilih ketua umum baru The Jakmania periode 2005 – 2007. Akhirnya setelah melalui proses yang agak panjang, terpilihlah Hanandiyo  Ismayani atau biasa disapa dengan Bung Danang.
Baca Selanjutnya - Sejarah Terbentuk The Jak Mania

Sejarah Terbentuk Viking Fans Club

Melihat rangkaian sejarah perjalanan Viking Persib Club, maka para Vikers (anggotanya) akan selalu bercermin pada perjalanan Persib Bandung dalam mengarungi Samudra kompetisi sepakbola Indonesia, baik pada saat Kompetisi Perserikatan maupun pada saat Liga Indonesia. Berawal dari perjalanan prestasi “Sang Maung Bandung” yang begitu membanggakan dan menggetarkan dunia persepakbolaan Indonesia, khususnya pada dekade 1985 hingga dekade 1995, dimana Persib mampu memberikan suatu kebanggaan kepada para pencintanya, dengan tampil lima kali berturut-turut pada partai final Piala Presiden (Perserikatan kala itu), dan tiga kali diantaranya Persib berhasil tampil sebagai “Kampioen”, yang kemudian berlanjut dengan merebut gelar “Juara” untuk pertama kalinya pada kompetisi format baru, yaitu Liga Indonesia. “Totalitas” yang telah diberikan oleh Persib kepada para pencintanya, kemudian dijawab kembali dengan “Totalitas” oleh sekelompok Pendukung Fanatik Persib yang kala itu sering menempati Tribun Selatan Stadion Siliwangi. Tercetuslah ide untuk membentuk sebuah kelompok Bobotoh demi melestarikan dan menjaga kebesaran nama Persib, disamping untuk menyatukan aspirasi serta kesamaan rasa cinta kepada “Sang Idola” Persib Bandung.
Melalui beberapa kali pertemuan yang cukup alot dan memakan waktu, akhirnya terbentuklah sebuah kesepakatan bersama. Tepatnya pada Tanggal 17 Juli 1993, disebuah rumah dibahu jalan Kancra no. 34, diikrarkanlah sebuah kelompok Bobotoh dengan nama ….. VIKING PERSIB CLUB. Adapun pelopor dari pendiriannya antara lain ; Ayi Beutik, Heru Joko, Dodi “Pesa” Rokhdian, Hendra Bule, dan Aris Primat dengan dihadiri oleh beberapa Pioner Viking Persib Club lainnya, yang hingga kini masih tetap aktif dalam kepengurusan Viking Persib Club.

Nama VIKING diambil dari nama sebuah suku bangsa yang mendiami kawasan skandinavia di Eropa Utara. Suku bangsa tersebut dikenal dengan sifat yang keras, berani, gigih, solid, patriotis, berjiwa penakluk, pantang menyerah, serta senang menjelajah. Karakter dan semangat itulah yang mendasari “Pengadopsian” nama VIKING kedalam nama kelompok yang telah dibentuk.

Secara demonstratif, Viking Persib Club pertama kali mulai menunjukan eksistensinya pada Liga Indonesia I -- tahun 1993, yang digemborkan sebagai kompetisi semi professional pertama di Tanah Air kita. Slogan “PERSIB SANG PENAKLUK” begitu dominan terlihat pada salah satu atribut yang dipakai anggotanya.

Perjalanan waktu, kebersamaan, hubungan pertemanan, serta kesamaan rasa cinta yang telah terbina, pada akhirnya telah menjadikan Viking Persib Club sanggup bertahan hingga saat ini, bahkan semakin berkembang dan menyebar ke berbagai wilayah nusantara.

Idealisme Viking Persib Club

Viking Persib Club adalah sebuah kelompok bukanlah organisasi atau fans club dengan segala aturan-aturan formal yang mengikatnya. Setiap anggota atau Vikers adalah bagian dari sebuah “Keluarga”, …. Dan layaknya sebuah Keluarga, keberagaman sifat dan tingkah laku yang berada didalamnya adalah merupakan sesuatu hal yang lumrah, dan Viking akan selalu berusaha untuk mengakomodir keberagaman tersebut.

Kelompok Suporter dapat dikatakan sebagai kelompok sosial, karena didalamnya terdapat sekumpulan individu yang berinteraksi secara bersama-sama serta memiliki kesadaran keanggotaan yang didasarkan oleh kehendak dan prilaku yang disepakati. Seperti kebanyakan kelompok-kelompok Bobotoh lainnya yang turut terlahir sama seperti halnya Viking Persib Club, yaitu secara Grass Root (dari arus bawah), maka Viking Persib Club memiliki cara atau cirri khas dalam menyikapi setiap permasalahan anggotanya. Hubungan pertemanan dan kekeluargaan yang tulus, erat tanpa pamrih serta rasa persaudaraan yang tinggi menjadi modal yang kuat bagi VIKING untuk terus eksis selama beberapa dekade.

Keanggotaan Viking Persib Club yang semakin besar, jelas menuntut sebuah tanggung jawab serta pengaturan yang sedemikian rupa secara professional, agar dapat lebih terukur dari segi pendataan, keuangan, rutinitas maupun manajerial, yang tentu saja membawa dampak tanggung jawab yang sangat besar bagi kepengurusan Viking Persib Club. Namun tentu saja semua formalitas tersebut tidak akan menghilangkan warna, ciri khas serta karakter Viking Persib Club. “Viking tetaplah Viking! Dia harus bercirikan kedekatan yang tulus antar anggotanya dan berkarakter sebagai sebuah keluarga ataupun pertemanan”

Viking Persib Club murni lahir secara independen berdasarkan inisiatif dari para Bobotoh dari golongan grass root. Dalam pandangan Viking, supporter tidak hanya berperan sebagai “tukang sorak” saat menyaksikan dan mendukung kesebelasan kesayangannya, tetapi peran supporter harus lebih dari itu! Dia harus menjadi pembangkit semangat saat tim kesayangannya jatuh bangun menunaikan tugasnya dilapangan. Supporter juga harus menjadi kekuatan tambahan bagi para pemain dilapangan, …… intinya, supporter harus menjadi pemain ke-12! Dan VIKING ingin menjadi pemain ke-12 bagi PERSIB serta menjadi supporter yang selalu ada untuk PERSIB di dalam dan luar lapangan.

Pada saat ini, …… ketika sepakbola sudah menjadi industri, Peranan Bobotoh buat PERSIB pun menjadi berkembang tidak hanya sebagai objek pelengkap saja. Bobotoh seharusnya menjadi bagian dari prestasi dan keberhasilan yang dicapai oleh PERSIB. Berangkat dari sana, ….. Viking Persib Club pun mulai mengembangkan sayapnya dalam berbagai bentuk aktualisasi diri, mulai dari peningkatan pengkoordiniran massa dengan dibentuknya “distrik” di berbagai wilayah pada kantung-kantung Bobotoh, Penjualan Merchandise, pembuatan album kompilasi Persib, baksos, acara-acara yg bersifat positif, hingga tour organizer yang menyelenggarakan pemberangkatan rombongan Bobotoh ketika mendukung PERSIB apabila bermain tandang.

Kepemimpinan & Kepengurusan Viking Persib Club

Sejak awal berdirinya hingga saat ini, ….. Viking Persib Club diketuai oleh Heru Joko, dengan Panglima --- Ayi Beutik. Pertanyaan yang muncul, ……. Mengapa harus ada figur panglima? Jawabannya singkat saja, karena Bobotoh terikat secara emosional, dan mereka mengikatkan diri kepada PERSIB dan juga kepada sesama pendukung Persib. Kata Panglima disini adalah sosok “Ibu” dalam keluarga, pengasuh bagi anak-anaknya, sosok yang memimpin serta melindungi para anggota apabila terjadi sesuatu dilapangan. Sedangkan jabatan Ketua Umum yang disandang Heru Joko, adalah sebagai figure kharismatik yang memiliki fungsi politis keluar organisasi atau kelompok lain. Lain halnya dengan Yoedi Baduy yang menjabat sebagai Sekretaris Umum, ia mengelola dan mengkoordinir segala bentuk kegiatan secara administratif. Bisa dikatakan ketiganya adalah pemimpin atau leader Viking Persib Club, yang tentu saja ditopang oleh pentolan-pentolan Viking Persib Club yang lainnya, seperti ; Yana Ewok, Asep “Ucok”, Yana Bool (Mr. Y), Dadan Gareng, Boseng, Odoy, Pesa dan Hendra Bule.

Dan yang tak kalah pentingnya lagi, …… kontribusi Distrik-distrik Viking Persib Club yang saat ini sudah tersebar diberbagai wilayah, seolah menjadi elemen penting lainnya bagi pendobrbrakberkembangnya Viking Persib Club dewasa ini
Baca Selanjutnya - Sejarah Terbentuk Viking Fans Club

Sejarah Terbentuk Aremania

Aremania muncul pada pertengahan tahun 1990-an geng-geng Malang mulai luntur. Sementara itu istilah Aremania muncul sebagai nama para suporter Arema. Sebetulnya dua fenomena tersebut merupakan perubahan total dalam budaya pemuda Malang yang dikatalisasikan oleh beberapa tokoh. Di artikel `Aremania Mengukir Sejarah Baru’ diterbitkan di Bestari, no. 156, 2001 Gus Nul mantan pelatih Arema menceritakan bahwa walaupun kurang jelas dari mana istilah Aremania itu muncul, nama itu mempersatukan suporter Arema. Secara psichologis persamaan dasar antara Arema dan Aremania membuat suporter merasa bersatu. Kata Aremania bisa dibagi Arema dan Mania. Aremania itu muncul secara spontan dari suporter Malang yang mulai bosan dengan perkelahian geng-geng tersebut. Ada beberapa alasan untuk perubahan itu. Pertama-tama geng-geng mulai luntur karena soal generasi. Anggota geng walaupun masih muda selama akhir 1980-an, di pertengahan 1990-an lebih dewasa. Karena sudah lumayan tua mulai bosan dengan kegiatan geng.
Di samping itu, pada 1994 Ligina yang pertama dimulai dan PSSI mulai mendorong sepak bola Indonesia menjadi lebih profesional. Pemain asing mulai main untuk klub Indonesia. Itu termasuk upaya untuk menaikkan kualitas liga sepak bola. Pemain asing pernah main untuk Arema. Pernah ada pemain dari Afrika, Amerika Selatan, Korea Selatan dan juga Australia. Dari semua ini yang paling terkenal ada pemain dari Negara Chile bernama Rodriguez `Paco’ Rubio. Sekarang menurut suporter Malang dia semacam pahlawan sepak bola Arema. `Paco’ Rubio menembus gol lawan selama putaran Delapan Besar Ligina VI. Di samping itu, selama Ligina VII ada pemain dari Afrika namanya Frank Bob Manuel yang dengan sayang dipanggil `Bobby’ (selama Ligina VIII main untuk klub perserikatan Malang Persema). Selama Ligina VIII Jaime Rojas (mantan pemain Persema) juga berasal dari Chile masuk klub.
Dengan berupaya ke profesionalisme suporter mulai lebih tertarik pada permainan khususnya karena impor pemain luar negeri. Juga ada pemain lokal yang menjadi bintang. Misalnya Ahmad Junaedi selama Ligina VI tetapi setelah itu dia pindah ke Persebaya dan menjadi musuh suporter fanatik. Akhirnya mau kembali ke Arema dia ditolak oleh pengurus Arema. Daripada membeli Junaedi lagi mereka memilih mendidik pemain muda berasal dari Jawa Tengah bernama Johan Prasetyo. Johan Prasetyo telah menjadi bintang Aremaa. Selain Prasetyo ada Aji Santoso, pemain yang berpengalaman itu pernah main untuk timnas Indonesia. Karirnya setelah di Arema ke Persebaya dan kemudian ke PSM Makassar. Akhirnya main untuk Persema sebelum main di Arema lagi.
Dengan impor pemain asing dan perhatian pada pemain profesional orang Indonesia, yang berkembang antara para suporter Indonesia adalah minat pada sepak bola bukan fanatisme terhadap klub saja. Di artikel `Suporter Bergeser Jadi Football Minded’ diterbitkan di Jawa Pos 9 Maret 2002 perubahan sikap suporter digambarkan. Ternyata bahwa para penonton mulai memilih menonton pertandingan menurut suguhan kualitas sepak bolanya. Yaitu penonton mulai memilih pertandingan dengan lawan kualitas sepak bola tinggi. Barangkali suporter Indonesia dipengaruhi tayangan sepak bola dari luar negeri. Suporter mulai menuntut kualitas dari sepak bola Liga Indonesia.
Di samping itu perubahan suporter Malang didorong beberapa tokoh perintis Aremania. Sebenarnya munculnya generasi geng dapat dicegah karena upaya tokoh Aremania. Di artikel `Aremania Sebuah Gerakan Rakyat’ diterbitkan di Kompas, 1 April 2002 diceritakan bahwa suporter didorong oleh tokoh seperti Ovan Tobing, Lucky Zaenal, Iwan Kurniawan, Eko Subekti dan Leo Kailolo untuk menjadi suporter bersatu dan sportif. Pasti mereka sadar bahwa suporter brutal akan merugikan PS Arema, dan kalau klub Arema akan berusaha ke profesionalisme seharusnya suporter juga. Tokoh yang tersebut membantu membangun simbol klub Arema yang telah menjadi simbol suporter juga. Di artikel `Aremania junjung sportivitas’ diterbitkan di Bestari, no 156 2001 bahwa tokoh perintis ini mengusulkan Aremania dijuluki `Macan Putih’ atau `Singa Putih’ karena Arema berdiri pada 11 Agustus yang termasuk zodiak Leo. Kemudian secara spontan ada orang antaranya yang teriak `edan’. Mungkin itu mucul dari bagian belakang istilah Aremania yaitu `mania’. Kata `mania’ berarti edan.
Dari latar belakang nama Aremania dan simbol Singo Edan semacam bahasa Malang berkembang. Kata-kata bahasa Indonesia dan bahasa Jawa terbalik merupakan bahasa Malang atau fenomena Ngalamania. Misalnya Singo Edan menjadi Ongis Nade dan Orang Malang menjadi Genaro Ngalam. Di samping itu arek-arek Malang menjadi Kera-kera Ngalam. Surat kabar Radar Malang itu Jawa Pos-nya Kera Ngalam. Sekitar pertengahan tahun 1990-an suporter Arema mulai berubah. Citra negatif terhadap suporter Arema ada sampai sekarang tetapi selama beberapa tahun yang lalu Aremania pernah diakui sebagai suporter Indonesia terbaik.
Pada waktu ribuan suporter ke Jakarta untuk putaran Delapan Besar Ligina VI Ketua Umum PSSI Agum Gumelar terkesan oleh penampilan suporter Arema di Stadion Senayan. Dia mengakui Aremania sebagai suporter kreatif, sportif dan atraktif. Di samping itu PSSI pernah mengundang Yuli Sugianto (dirigen suporter Arema) untuk mewakili suporter Indonesia. Selama Ligina VII sering diakui oleh suporter klub lain sebagai guru suporter lain. Pada Januari tahun 2001 di Tangerang, suporter mengucapkan selamat datang kepada Aremania dan sesudah ada insiden lemparan terhadap Aremania mereka mengucapkan termima kasih karena Aremania tidak terpancing oleh oknum provokator Tangerang. Pada Juli tahun itu diakui oleh suporter Solo sebagai `guru hebat’.
Lagipula kemajuan Aremania mempengaruhi keadaan di Malang. Selama waktu krismon, Malang tenang walaupun dimana-mana di Jawa telah kacau. Itu karena pemuda Malang telah merasa bersatu sebagai Aremania dan tidak ingin membuat kerusuhan di kotanya. Katanya ada suporter Solo yang mengirim sepasang bh dan celana dalam perempuan ke Aremania agar mengucapkan Aremania para penakut. Namun Aremania tidak mudah dipancing. Yang jelas dalam lingkungan suporter sepak bola telah dianggap maju dari masa dulunya. Lagipula mereka dianggap perintis suporter di Indonesia. Namun proses ini mulai lebih dari 5 tahun yang lalu dan Aremania sampai tahun 2001 berjuang untuk menghapus sisa-sisa brutalisme.
Sisa-sia Brutalisme
Aremania tidak langsung berhasil dalam perjuangan untuk menghapus citra suporter brutal. Sampai tahun 1999 ada bentrokan antara suporter di Malang tetapi khususnya dengan Bonek. Keadaan kacau hampir tidak bisa dicegah aparat keamanan. Persaingan keras antara suporter Malang dan Surabaya terjadi selama ada kesempatan Arema melawan Persebaya. Akibatnya di Malang suporter Surabaya harus dilarang masuk Malang supaya mencegah insiden yang tidak diinginkan.
Pengurus Arema pernah minta pertandingan Arema versus Persebaya diadakan di luar Malang agar tidak ada tawuran. Namun ini diprotes Aremania yang menuntut bahwa pertandingan Arema tetap milik masyarakat Malang. Namun tahun-tahun tersebut harus dibedakan dari zaman geng-geng. Mungkin tahun-tahun yang berikut kelunturan geng-geng Malang bisa dianggap sebagai waktu peralihan. Sampai tahun 2001 ada insiden yang terjadi di luar Malang. Salah satu contoh konflik antara suporter Malang dan Surabaya adalah tragedi Sidoarjo yang terjadi pada bulan Mei tahun 2001.
Tragedi Sidoarjo
Pada Ligina VII Aremania mendukung tim kesayangannya di pertandingan away. Arema melawan Gelora Putra Delta (GPD) di Sidoarjo. Soalnya tiga kelompok suporter mucul di stadion Delta: Deltamania, Aremania dan Bonek. Karena jarak antara Surabaya dan Sidoarjo jumlah sedikit suporter Surabaya datang untuk menjenkelkan suporter Arema. Tiga kelompok ini dibagi supaya tidak ada bentrokan. Aremani menempati sektor utara sementara Bonek dan Deltamania ada di tribun VIP. Pertama-tama sebelum pertandingan mulai sekitar jam 14. 15 ada lemparan batu dari luar stadion. Dua suporter Arema terluka dan Aremania menuntut bahwa tempat di luar stadion khususnya sekitar sektor utara diamankan. Di samping itu Aremania dimarahkan kabar bahwa dua mobil Aremania dirusak. Pada jam 15.10 lemparan batu antara sektor utara dan tribun timur mulai. Polisi terhadap kesulitan membatasi lemparan karena Bonek dapat sumber batu dari luar stadion.
Pada jam 16.00 pertandingan sepak bola dimulai. Pada jam 16.20 aparat keamanan megeluarkan tembakan peringatan untuk menghentikan lemparan. Pada menit ke-29 pertandingan harus dihentikan karena suporter masuk lapangan dan kerusuhan mulai terjadi di luar stadion. Aremania harus dievakuasi oleh aparat keamanan. Akhirnya 15 orang terluka, 7 mobil dan 2 sepeda motor dirusak. Juga stadion Delta dihancur dari aksi lemparan dan bentrokan yang berikutnya. Reaksi Aremania penuh dengan kesedihan terhadap tragedi Sidoarjo. Para suporter Arema merasa mereka salah dipersalahkan untuk tragedi Sidoarjo walaupun Bonek adalah provokator. Pak Marheis salah satu korwil Aremania yang dianggap oleh sebagian suporter sebagai tokoh yang memperbolehkan ketertiban antara korwil-korwil tidak bisa menahan tangisnya setelah insiden Sidoarjo.
Ovan Tobing seorang perintis Aremania setelah tragedi itu berpendapat bahwa tragedi di Sidoarjo merupakan pelajaran untuk PSSI. Pada waktu Arema main di Malang Aremania membawa spanduk yang protes disalah untuk kejadian di Sidoarjo. Sayangnya bahwa insiden seperti itu menegaskan citra Aremania sebagai suporter brutal karena dalam insiden itu Aremania sebetulnya di kedudukan sulit. Pertama-tama mereka dilempari dari luar stadion. Lagipula mereka terhadap Bonek yang siap dengan sumber batu dari luar stadion.
Aremania diserang di Jogja: Selain masalah Bonek ada kelompok lain yang iri pada Aremania jadi mencoba memancingnya. Pada bulan Oktober tahun 2001 Aremania diundang ke pertadingan di Jogjakarta. Di Jogja Aremania diserang. Seperti di Sidoarjo ada lemparan batu dari luar stadion. Aremania terpaksa masuk lapangan untuk menghindari lemparan dari luar stadion. Pertandingan dihentikan dan harus dimain hari berikutnya di tempat yang dirahasiakan. Slemania, para suporter Jogja pada umumnya sangat malu pada penyerangan itu. Mereka mulai menyanyi dengan gaya Aremania:
“Maaf?maaf?maaf Aremania
Maafkan kami atas kejadian ini”
Pada umumnya ada persahabatan antara Aremania dan para suporter lain tetapi kadang-kadang ada oknum kelompok yang mencoba memancing Aremania. Dan jarang Aremania terpancing dengan mudah. Selama Ligina VIII tidak ada masalah bentrokan kalau suporter lain datang ke Malang. Aremania membuktikan bahwa telah sportif. Suporter apalagi pemain saja butuh sportivitas.
Setelah kejadian seperti di Jogja Aremania janji mereka tidak akan membalas dendam kalau suporter Sleman datang ke Malang. Korwil Cilewung juga mendorong Aremania untuk tidak membalas dendam Bonek. Dia sadar bahwa kalau membalas dendam pasti tidak akan dibedakan dari Bonek. Harus diakui walaupun lama berjuang dengan sisa-sisa brutalisme Aremania telah agak berhasil dalam tugasnya.
Suporter Arema bersemangat kepada tim kesayangannya tetapi juga kepada negara Republik Indonesia. Dengan kompak suporter Arema sebelum permulaian pertandingan menyanyi lagu nasionalis `Padamu Negeri’. Lagu itu dinyanyi suporter dengan bangga. Nasionalisme merupakan salah satu aspek dasar suporter Arema.

Aremania mendukung Arema tetapi akhirnya semua maupun suporter tim lawan bersaudara. Malang aman karena persaudaraan itu. Lagipula Malang lepas daripada masalah pertentangan kesukuan atau konflik agama yang timbul di mana-mana di Indonesia. Aremania berpendapat bahwa kalau Malang bisa begitu rukun, mengapa negara Indonesia belum bisa seperti itu? Yang jelas persatuan Aremania muncul secara alami dan karena itu ada sikap positif terhadap persatuan negara Indonesia

Baca Selanjutnya - Sejarah Terbentuk Aremania
Zu Chi Hidayat © 2008. Design by :Yanku Templates Sponsored by: Tutorial87 Commentcute